Search

Perpres Mobil Listrik Diteken, Saham Produsen Nikel Diincar

Perpres Mobil Listrik Diteken, Saham Produsen Nikel Diincar

Jakarta, CNN Indonesia -- Rencana pengembangan kendaraan bermotor listrik (mobil listrik) sudah di depan mata. Setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) meneken Peraturan Presiden terkait, kini giliran pelaku industri otomotif memainkan peranannya.

Kunci pengembangan mobil listrik kait terkait dengan baterai, yang merupakan pasokan energi. Bahan baku baterai sendiri sebetulnya sudah tersedia di dalam negeri. Makanya, pemerintah juga mengatur Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) mobil listrik di dalam aturan mainnya.

Secara rinci, untuk roda dua dan tiga tingkat penggunaan komponen dalam negeri, yakni minimum 40 persen pada 2019-2023, minimum 60 persen pada 2023-2025, dan paling sedikit 80 persen pada 2025 dan seterusnya.

Ketentuan TKDN untuk roda empat atau lebih, yaitu 35 persen selama 2019-2021, minimal 40 persen selama 2021-2023, minimal 60 persen selama 2023-2025, dan minimal 80 persen mulai 2025 dan seterusnya.

Tujuannya, sederhana saja, agar pengembangan mobil listrik diikuti dengan pertumbuhan industri bahan bakunya. Nikel misalnya, salah satu bahan baku baterai untuk mobil listrik.

Analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas menyebut ada tiga perusahaan yang memproduksi nikel, yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), dan PT Central Omega Resources Tbk (DKFT). Dari ketiganya, Vale Indonesia dan Central Omega Resources mengantongi pendapatan penuh 100 persen dari produksi nikel.

Ini berarti, bisnis tiga perusahaan di atas bakal terkena imbas positif. "Permintaan nikel domestik akan meningkat. Nah, itu artinya bagi produsen nikel akan berdampak positif," katanya kepada CNNIndonesia.com, Senin (12/8).

Pada penutupan perdagangan Jumat (9/8) lalu saja, saham ketiga perusahaan kompak melejit. Saham Central Omega Resources melonjak paling tinggi sebesar 8,57 persen ke level Rp228. Diikuti, Vale Indonesia naik 4,5 persen ke Rp3.250, dan Antam melesat 4,41 persen ke Rp1.065.

Namun demikian, sebetulnya, tren kenaikan saham produsen nikel sudah terjadi sejak Mei lalu. Hal ini ditopang kenaikan harga nikel dunia sehingga mengerek harga sahamnya.

Mengutip Reuters, harga nikel dunia naik pada Kamis (8/8) dipicu kekhawatiran pasar akan keterbatasan pasokan nikel. Sebab, Indonesia sebagai pemasok utama nikel diprediksi mempercepat larangan ekspor bijih mentah (ore) nikel kadar rendah.

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana melarang sepenuhnya ekspor bijih mineral mulai 2022 mendatang.

Imbasnya, harga nikel untuk pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) melonjak 12,7 persen menjadi US$16.690 per metrik ton yang merupakan harga tertinggi sejak April 2018.
[Gambas:Video CNN]
Sementara itu, harga nikel di Bursa Shanghai mencetak rekor ke posisi 124.890 yuan setara US$17.730 per metrik ton.

Sejak awal Mei hingga penutupan perdagangan pekan lalu, saham Antam terpantau naik paling tajam sebesar 29,87 persen. Disusul saham Vale Indonesia sebesar 9,42 persen, dan Central Omega Resources sebesar 8,57 persen.

"Kalau Antam double sentimen, yakni kenaikan harga emas dan nikel," terang Sukarno.

Ia memprediksi saham tiga emiten tersebut berpotensi mekar dalam jangka pendek hingga panjang. Karenanya, ia merekomendasikan beli untuk saham Antam dengan target harga Rp1.290, Vale Indonesia target Rp3.480, dan Central Omega Resources target harga Rp280.

Pengaruh positif faktor eksternal itu, lanjutnya, diperkuat dengan proyeksi perbaikan kinerja internal perusahaan.

Sebagai catatan, Antam berhasil meningkatkan penjualan sebesar 9 persen dari Rp5,73 triliun pada kuartal I 2018 menjadi Rp6,21 triliun di kuartal I 2019. Namun, labanya justru turun sebesar 30,12 persen dari Rp245,67 miliar menjadi Rp171,66 miliar.

"Kinerja Antam kuartal II 2019 belum keluar, tetapi diproyeksi bakal kembali tumbuh karena harga komoditas emas sendiri dalam tren kenaikan," jelasnya.

Sementara, Vale Indonesia berhasil menekan kerugian sebesar pada kuartal II 2019 dibandingkan kuartal I 2019. Vale Indonesia merugi US$22,76 juta pada kuartal II 2019.

Raihan itu berbanding terbalik dari laba sebesar US$53,53 juta pada kuartal II 2018. Namun, kerugian berhasil ditekan. Dari sisi pendapatan, Vale Indonesia membukukan penurunan pendapatan sebesar 21,99 persen dari US$374,61 juta menjadi US$292,25 juta.

Sedangkan, Central Omega Resources berhasil mencetak laba Rp27,5 miliar pada kuartal I 2019, setelah merugi selama tiga tahun terakhir. Ia meyakini kinerja emiten produsen-produsen nikel tersebut bakal cemerlang ke depan dengan pengembangan mobil listrik yang disertai kewajiban TKDN.

"Pastinya produsen nikel domestik menjadi pilihan untuk mendukung semua (pengembangan mobil listrik)," katanya.

Analis Samuel Sekuritas Muhammad Alfatih menambahkan kinerja ketiga emiten tersebut bakal ditopang kenaikan harga nikel dunia. Sebab, pasar nikel global masih diwarnai oleh isu pasokan dari Indonesia dan Filipina sebagai pemasok terbesar pertama dan kedua di dunia.

"Nikel menguat karena ada gangguan supply (pasokan) dari tambang nikel Filipina yang ditutup. Kemudian, rencana Indonesia untuk melarang ekspor nikel mentah," tutur dia.

Sebelumnya, Presiden Filipina Rodrigo Duterte menegaskan akan menghentikan beberapa aktivitas penambangan lantaran menimbulkan kerusakan lingkungan. Filipina tercatat mengoperasikan 50 tambang, 30 di antaranya menghasilkan ore nikel.

Analis Samuel Sekuritas Albertha Palma memproyeksi ekspor bijih nikel Filipina berpotensi turun 20 persen secara tahunan, merespons penutupan beberapa tambang yang terkena isu lingkungan itu. Ia memperkirakan total pasokan nikel global akan turun 8 persen. "Dengan asumsi harga rata-rata nikel di 2019 sebesar US$14.000 per metrik ton atau naik 6 persen secara tahunan," katanya dikutip dari lama resmi Samuel Sekuritas.

Dengan dua sentimen utama tersebut, yakni ketetapan perpres mobil listrik dan kenaikan harga nikel dunia, sejumlah analis merekomendasikan pelaku pasar untuk mengoleksi saham Antam, Vale Indonesia, dan Central Omega Resources.

(bir)

Halaman Selanjutnya >>>>




Bagikan Berita Ini

0 Response to "Perpres Mobil Listrik Diteken, Saham Produsen Nikel Diincar"

Post a Comment

Powered by Blogger.